Jumlah pencari kerja baru yang terdaftar bulan Juni 2010 ada 269 orang yaitu terdiri dari 144 orang laki-laki (53,53%) dan 125 wanita (46,46%). Tenaga kerja di usia muda yaitu 15-29 tahun merupakan jumlah pencari kerja terbesar jumlahnya. Jumlah pencari kerja menurut kelompok umur terdiri dari: kelompok umur 15-19 tahun ada 67 orang (24,91%), kelompok umur 20-29 tahun ada ada 151 orang (56,13%), kelompok umur 30-44 tahun ada 45 orang (16,73%), dan kelompok umur 45-54 tahun ada 6 orang (2,23%).
Pencari kerja yang mendaftar di bulan Juni didominasi oleh tenaga kerja yang berpendidikan S-1 dan berikutnya adalah pencari kerja dengan pendidikan SLTA. Pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan yaitu: pendidikan SLTP 1 orang (0,37%), SLTA 113 orang (42,0%), Diploma I s/d III 23 orang (8,55%), S-1 ada 129 orang (47,95%), S-2 ada 3 orang (1,1%).
2.Permintaan Tenaga Kerja (lowongan kerja)
Lowongan pekerjaan yang terdaftar bulan Juni ada 107 orang yang terdiri lowongan untuk laki-laki 81 orang dan lowongan untuk wanita 26 orang. Sedangkan menurut syarat pendidikan, lowongan untuk SLTP 32 orang, SLTA/setingkat SLTA ada 50 orang, D I s/d III ada 17 orang dan S-1 8 orang. Lowongan pekerjaan untuk S-1 lebih sedikit daripada lowongan untuk SLTA/setingkat.
3.Penempatan (pemenuhan lowongan kerja)
Penempatan pencari kerja untuk bulan Juni adalah 40 orang terdiri dari 24 orang laki-laki (60,0%) dan 16 orang wanita (40,0%). Jumlah pencari kerja yang ditempatkan jumlahnya ada 40 orang sedangkan lowongan pekerjaan yang terdaftar ada 107 orang sehingga masih ada 67 lowongan lagi yang belum dipenuhi Disnaker. Sementara pencari kerja yang terdaftar jumlahnya 269 orang. Sehingga penyaluran pencari kerja kepada penyedia kerja perlu ditingkatkan.
Sumber: Informasi Pasar Kerja, Disnaker Kota Surabaya Juni 2010
Manajemen Nilai Tukar dan Kestabilan Nilai Rupiah dalam Sistem Nilai Tukar Mengambang
Dalam pengelolaan nilai tukar rupiah ketika nilai tukar rupiah menguat atau melemah sesuai dengan fundamental ekonomi nasional, posisi Bank Indonesia (BI) terbilang serba salah. Maka kebijakan BI adalah mewujudkan kepastian nilai tukar. Oleh karena itu Bank Sentral dilengkapi dengan beberapa kewenangan untuk menggapai tujuan tersebut dengan beberapa instrumen kebijakan. Dalam konteks BI, kewenangan itu diarahkan pada upaya mencapai kestabilan nilai rupiah. Sedangkan yang dimaksud dengan stabilitas nilai rupiah ini selain stabilitas terhadap barang dan jasa juga stabilitas terhadap mata uang lainnya. Dalam pengelolaan nilai tukar rupiah, BI senantiasa memonitor dan mengawal pergerakan nilai tukar agar berada dalam kisaran tertentu yang diterima pasar dan tidak berlebihan.
Alasan mengapa BI senantiasa menjaga stabilitas nilai rupiah karena bila nilai rupiah dibiarkan bergerak dalam rentang kuotasi harga yang lebar, situasi ini akan menyulitkan dunia usaha antara lain eksportir dan importir. Dunia usaha akan mengalami kebingungan dalam membuat kalkulasi dan perencanaan bisnis, utamanya yang berkaitan dengan valuta asing. Untuk mencegah agar pergerakan nilai tukar tidak terlalu besar dan liar yang membuat ketidakpastian bagi pelaku usaha, BI akan memonitor situasi pasar dan melakukan serangkaian tindakan yang memang diperlukan guna meredam gejolak rupiah. Dengan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah bukan berarti BI menghapus pergerakan rupiah tetapi memantau pergerakan tersebut sesuai permintaan dan penawaran yang wajar di pasar dan selaras dengan fundamental perekonomian nasional, hal tersebut merupakan sesuatu yang lumrah.
Faktor fundamental yang menyebabkan naik turunnya nilai tukar rupiah juga dipengaruhi secara signifikan oleh genuine demand dari pemerintah antara lain dalam bentuk kebutuhan valas oleh BUMN dan swasta seperti pembayaran utan gluar negeri dan kebutuhan valas untuk impor. Pada sisi lain, penerimaan valas antara lain dari hasil ekspor, pencairan pinjaman luar negeri dan transaksi lainnya seperti transfer masuk dari pendapatan tenaga kerja Indonesia (TKI) atau remittance. Faktor-faktor tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi keseimbangan permintaan dan penawaran yang muaranya akan mempengaruhi nilai tukar rupiah relatif terhadap valas lainnya. Salah satu cara BI mengendalikan nilai tukar sehingga mencapai titik keseimbangan baru adalah dengan cara melakukan intervensi atau sterilisasi valas.
Sistem nilai tukar mengambang yang dianut Indonesia adalah sistem nilai tukar yang pembentukan harganya sepenuhnya ditentukan oleh keseimbangan permintaan dan penawaran di pasar.dengan kebijakan ini maka intervensi yang dilakukan BI tidak lagi ditujukan untuk mempertahankan nilai tukar pada level tertentu, namun akan dilakukan apabila dipandang perlu untuk menjaga volatilitas nilai tukar rupiah. Meskipun sudah mengadopsi nilai tukar mengambang, tidak berati bahwa pergerakan nilai tukar akan dilepas begitu saja menuruti keinginan pelaku pasar.
Dalam sistem nilai tukar mengambang, efek fluktuasi nilai tukar dapat terjadi melalui transmisi langsung (direct passthrough), transmisi tidak langsung (indirect passthrough) dan jalur ekspektasi (expectation passthrough). Pada transmisi langsung, perubahan nilai tukar mempengaruhi harga impor barang (dalam mata uang domestik). Sementara transmisi tidak langsung, perubahan nilai tukar mempengaruhi daya saing produk ekspor. Sedangkan jalur ekspektasi merupakan respons produsen dan penjual yang berjaga-jaga dengan menyesuaikan (menaikan) harga apabila rupiah melemah dengan ekspektasi di masa yang akan datang akan kembali menguat.
Berbagai upaya baik yang bersifat aktif (BI senantiasa berada di pasar) maupun pasif (BI melakukan pengawasan dan pengaturan) dilakukan untuk menjamin interaksi pasar berlangsung pada tingkat yang wajar dan efisien. Dari sisi pengawasan, BI memonitor transaksi valuta asing di pasar secara harian melalui Laporan Harian Bank Umum. Apabila terjadi kejutan (shock) nilai tukar, Direktorat Pengelolaan Devisa melalui Dealing Room akan mengintensifkan komunikasi dengan pelau pasar untuk mengidentifikasi sumber gejolak dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengantisipasi fluktuasi kurs yang berlebihan. Dalam waktu dekat BI akan menyempurnakan mekanisme monitoring kegiatan di pasar valas melalui sistem monitoring transaksi valas rupiah secara real time sehingga diperoleh informasi lebih cepat, tepat dan akurat guna menunjang respon kebijakan nilai tukar yang antisipatif (forward looking).
Sebagai regulator, BI meredam potensi spekulasi valas dengan ketentuan yang bersifat mikro maupun makro prudensial. Risiko transaksi valas oleh bank dibatasi dan transaksi valas yang bersifat spekulatif dijaga ketat dengan tetap mempertimbangkan dukungan terhadap aktivitas di sektor riil. Untuk mengantisipasi kekurangan pasok valas (shortage) di pasar, BI siap memenuhi kebutuhan valas korporasi sehingga gejolak harga kurs dapat dihindari. Pengaturan transaksi valas yang melibatkan residen dengan nonresiden juga diperhatikan oleh BI. Berbagai pengaturan dan pembatasan transaksi valuta asing terhadap rupiah merupakan wujud langkah kehati-hatian dan upaya preemptive dalam rangka melindungi integritas dan stabilitas sistem keuangan Indonesia, sekaligus mengoptimalkan pemanfaatan sumber dana domestik baik dalam rupiah maupun valuta asing.
Dari pantauan harga di pasar, pada bulan Juli terjadi kenaikan harga pada beberapa jenis komoditi yang dipantau seperti beras, gula pasir, minyak goreng curah, daging ayam, jagung, bawnag merah dan putih dan komoditi lain seperti pada tabel 1. Harga beras sedikit mengalami peningkatan dari bulan sebelumnya sebesar Rp. 7.140/kg menjadi Rp. 7.686/kg atau meningkat sebesar 7,6%. Kenaikan harga yang cukup pesat terjadi pada cabe merah kecil sebesar 74,1%. Harga bawang putih meningkat cukup besar di bulan Juni Rp. 18.562/kg dan bulan Juli menjadi Rp. 23.292/kg (naik 25,5%). Kenaikan beberapa harga komoditi yang dipantau di Pasar untuk bulan Juli 2010 terlihat pada Tabel berikut.
Tabel 1. Kenaikan Harga Rata-Rata Komoditi Pada Bulan Juli 2010
BERAS
SATUAN
MEI
∆%
JUNI
∆%
JULI
∆%
MENTIK
Kg
7.040
-0,1%
7.140
1,4%
7.686
7,6%
IR 64 (KW II)
Kg
5.964
-0,1%
6.020
0,9%
6.481
7,7%
BERAS KETAN
Kg
11.145
-1,6%
10.820
-2,9%
11.370
5,1%
GULA PASIR
SATUAN
MEI
∆%
JUNI
∆%
JULI
∆%
LOKAL KEMASAN (GULAKU)
Kg
11.860
-2,7%
10.870
-8,3%
10.954
0,8%
LOKAL TANPA KEMASAN (PUTIH)
Kg
9.567
-2,8%
9.325
-2,5%
9.527
2,2%
MINYAK GORENG
SATUAN
MEI
∆%
JUNI
∆%
JULI
∆%
MINYAK CURAH
Lt
8.711
-0,5%
8.643
-0,8%
8.750
1,2%
MENTEGA
SATUAN
MEI
∆%
JUNI
∆%
JULI
∆%
MENTEGA BLUE BAND
250 Gram
7.083
-0,4%
7.089
0,1%
7.151
0,9%
DAGING SAPI
SATUAN
MEI
∆%
JUNI
∆%
JULI
∆%
GREET BAWAH
Kg
55.250
0,1%
55.250
0,0%
56.104
1,5%
DAGING AYAM
SATUAN
MEI
∆%
JUNI
∆%
JULI
∆%
AYAM BROILER
Kg
20.812
1,2%
21.531
3,5%
24.083
11,9%
AYAM KAMPUNG KECIL
Ekor
28.791
2,0%
29.666
3,0%
30.604
3,2%
AYAM KAMPUNG BESAR
Ekor
44.000
6,1%
44.500
1,1%
46.646
4,8%
TELUR AYAM
SATUAN
MEI
∆%
JUNI
∆%
JULI
∆%
AYAM BROILER
Kg
11.004
-4,3%
11.937
8,5%
13.823
15,8%
SUSU
SATUAN
MEI
∆%
JUNI
∆%
JULI
∆%
SUSU KENTAL MANIS INDOMILK
390 gr/Kl
7.510
1,3%
7.635
1,7%
7.635
0,0%
SUSU BUBUK BENDERA
400 gr/Dos
25.083
0,0%
24.895
-0,7%
25.000
0,4%
SUSU BUBUK DANCOW
400 gr/Dos
25.875
-0,3%
25.375
-1,9%
25.792
1,6%
JAGUNG
SATUAN
MEI
∆%
JUNI
∆%
JULI
∆%
PIPILAN KECIL
Kg
4.543
3,5%
4.616
1,6%
4.833
4,7%
PIPILAN BESAR
Kg
3.781
4,6%
3.770
-0,3%
4.078
8,2%
GARAM BERYODIUM
SATUAN
MEI
∆%
JUNI
∆%
JULI
∆%
HALUS (CAP KAPAL)
Gr/Bungkus
1.291
0,0%
841
-34,9%
842
0,1%
BATA (CAP KUDA)
Buah
233
0,4%
239
2,6%
283
18,4%
CABE MERAH
SATUAN
MEI
∆%
JUNI
∆%
JULI
∆%
BESAR
Kg
16.718
34,0%
23.916
43,1%
29.000
21,3%
KECIL (RAWIT)
Kg
12.020
8,9%
20.145
67,6%
35.063
74,1%
JENIS BAHAN POKOK
SATUAN
MEI
∆%
JUNI
∆%
JULI
∆%
MINYAK TANAH
Liter
7.115
1,6%
7.312
2,8%
7.375
0,9%
BAWANG MERAH
SATUAN
MEI
∆%
JUNI
∆%
JULI
∆%
LOKAL
Kg
12.458
-3,1%
13.854
11,2%
16.573
19,6%
BAWANG PUTIH
SATUAN
MEI
∆%
JUNI
∆%
JULI
∆%
KATING
Kg
17.302
2,0%
18.562
7,3%
23.292
25,5%
SINCO
Kg
16.375
0,2%
17.958
9,7%
21.979
22,4%
JENIS BAHAN POKOK
SATUAN
MEI
∆%
JUNI
∆%
JULI
∆%
IKAN ASIN TERI KECIL (BUKAN MEDAN)
Kg
44.166
26,6%
44.791
1,4%
45.625
1,9%
KACANG HIJAU
Kg
13.354
0,6%
13.562
1,6%
14.219
4,8%
KACANG TANAH
Kg
13.406
1,9%
13.614
1,6%
13.917
2,2%
KENTANG
Kg
5.781
7,6%
6.395
10,6%
7.250
13,4%
EMAS (70-80%)
Gram
261.953
4,4%
244.812
-6,5%
267.500
9,3%
SEMEN GRESIK 40 KG
Zak
44.666
0,0%
44.666
0,0%
44.667
0,0%
TERONG (PANJANG)
Kg
4.187
17,5%
4.447
6,2%
4.844
8,9%
Sedangkan komoditi yang mengalami penurunan harga pada bulan Juli 2010 diantaranya adalah gula jawa, minyak bimoli, daging sapi atas, telur ayam kampung, kacang kedele, tomat dan komoditi lain seperti pada Tabel 2. Harga tomat turun dari harga bulan Juni sebesar Rp. 7.927/kg menjadi Rp. 6.427/kg di bulan Juli atau turun sebesar 18,9%. Harga kacang kedele selama bulan Mei, Juni dan Juli terus mengalami penurunan. Harga sawi hijau kembali mengalami penurunan yang cukup besar dari Rp. 1.276/ikat menjadi Rp. 915/ikat atau turun 28,3%. Penurunan beberapa harga komoditi untuk Bulan Juni 2010 terlihat pada Tabel berikut.
Tabel 2. Penurunan Harga Rata-Rata Komoditi Pada Bulan Juli 2010
GULA
SATUAN
MEI
∆%
JUNI
∆%
JULI
∆%
GULA JAWA
Kg
9.560
-1,2%
9.447
-1,2%
9.438
-0,1%
MINYAK GORENG
SATUAN
MEI
∆%
JUNI
∆%
JULI
∆%
BIMOLI (BOTOL)
Kg
11.333
-1,4%
11.312
-0,2%
11.240
-0,6%
MENTEGA
SATUAN
MEI
∆%
JUNI
∆%
JULI
∆%
MENTEGA CURAH AMANDA
Kg
10.583
-3,6%
10.593
0,1%
10.125
-4,4%
DAGING SAPI
SATUAN
MEI
∆%
JUNI
∆%
JULI
∆%
GREET ATAS
Kg
63.000
0,0%
63.333
0,5%
61.896
-2,3%
TELUR AYAM
SATUAN
MEI
∆%
JUNI
∆%
JULI
∆%
AYAM KAMPUNG
Butir
1.229
3,4%
1.227
-0,2%
1.219
-0,7%
SUSU
SATUAN
MEI
∆%
JUNI
∆%
JULI
∆%
SUSU KENTAL MANIS BENDERA
397 gr/Kl
8.168
2,7%
8.252
1,0%
8.225
-0,3%
SABUN CUCI
SATUAN
MEI
∆%
JUNI
∆%
JULI
∆%
RINSO
Kg
11.791
-0,4%
11.812
0,2%
11.646
-1,4%
DETERGEN EKONOMI
225 Gr
1.500
0,0%
1.479
-1,4%
1.363
-7,8%
TEPUNG TERIGU
SATUAN
MEI
∆%
JUNI
∆%
JULI
∆%
SEGITIGA BIRU
Kg
6.877
-1,1%
6.814
-0,9%
6.777
-0,5%
KACANG KEDELE
SATUAN
MEI
∆%
JUNI
∆%
JULI
∆%
IMPOR
Kg
7.270
-3,1%
6.968
-4,2%
6.740
-3,3%
LOKAL
Kg
7.468
-1,5%
7.250
-2,9%
7.094
-2,2%
MIE INSTAN
SATUAN
MEI
∆%
JUNI
∆%
JULI
∆%
INDOMIE GORENG
Bungkus
1.344
2,1%
1.364
1,5%
1.342
-1,6%
GAS LPG
SATUAN
MEI
∆%
JUNI
∆%
JULI
∆%
3 KG
per Tabung
13.137
-0,9%
13.150
0,1%
13.075
-0,6%
JENIS BAHAN POKOK
SATUAN
MEI
∆%
JUNI
∆%
JULI
∆%
KETELA POHON
Kg
2.000
-0,1%
2.000
0,0%
1.969
-1,6%
KUBIS/KOL
Kg
5.197
16,1%
7.343
41,3%
6.833
-6,9%
TOMAT
Kg
10.406
-13,9%
7.927
-23,8%
6.427
-18,9%
WORTEL
Kg
6.531
33,7%
7.770
19,0%
6.938
-10,7%
KANGKUNG (PANJANG)
Ikat
1.062
40,8%
760
-28,4%
743
-2,2%
BAYAM
Ikat
1.012
16,1%
942
-6,9%
909
-3,5%
SAWI HIJAU
Ikat
2.008
139,3%
1.276
-36,5%
915
-28,3%
Sumber: Laporan Monitoring dan Evaluasi Distribusi dan Ketersediaan Bahan Pokok Bulan Junl 2010, diolah