Numpang di Loko

Numpang di Loko
Naik Loko BB di Dipo Ps Turi. Dibelakangnya ada loko CC putih

Jumat, 02 Juli 2010

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Jawa Timur Triwulan I-2010

1. Peranan Pembiayaan Luar Negeri dalam Pembangunan di Jawa Timur

Secara umum, sumber pembiayaan ekonomi Jawa Timur dapat berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Sumber pembiayaan dari dalam negeri dapat berasal dari pengeluaran pemerintah (APBD dan APBN), Lembaga Keuangan Bank maupun Lembaga Keuangan Non Bank (LKNB) yaitu perusahaan pembiayaan, koperasi/lembaga keuangan mikro, pegadaian dll. Sedangkan sumber pembiayaan dari luar negeri dapat berasal dari Lembaga Bank dan Non Bank maupun dari dana pengiriman TKI di luar negeri (Dana Remitansi TKI) dan sumber lainnya.

Sumber Pembiayaan Ekonomi Jawa Timur Selama 2009*

Sumber

Keterangan

Rp. Triliun

%

Dalam Negeri

-APBD (prov/Kota/Kab) & APBN

-Pembiayaan dari Lembaga Keuangan Bank

-Pembiayaan dari Lembaga Keuangan Non Bank

94,80

54,63

10,83

50%

29%

6%

Luar Negeri

-Pembiayaan dari Lembaga Bank & Non Bank

-Remittansi TKI (melalui perbankan dan kantor pos)

25,24

4,42

13%

2%

Total

189,93

100%

Keterangan: *) bersifat flow, bukan stock

Sumber: Bank Indonesia

Dalam terminologi yang digunakan di Neraca Pembayaran Indonesia, sumber pembiayaan dari luar negeri kepada perusahaan bisa dalam bentuk Direct Investment (DI), Portfolio Investment (PI) maupun Other Investment (OI). Dari sistem Pelaporan Lalu Lintas Devisa (LLD) di Bank Indonesia, jenis pembiayaan luar negeri kepada perusahaan bisa dalam bentuk trade credit (kredit dagang) dari partner dagang perusahaan di luar negeri, pinjaman (loans) dari bank atau lembaga keuangan lainnya di luar negeri, penjualan surat utang (baik jangka pendek atau panjang) kepada investor di luar negeri, serta dalam bentuk suntikan modal (equity/stock) dari pemilik perusahaan/investor di luar negeri.

Sumber Pembiayaan Dari Luar Negeri

Perusahaan di Jawa Timur (dalam juta USD)

2007

2008

2009

Trade Credit

2.237

2.471

1.431

Pinjaman jangka pendek

55

643

782

Pinjaman jangka panjang

96

73

43

Surat utang

73

73

118

Modal disetor

66

66

54

Total

2.528

3.326

2.428

Sumber: Bank Indonesia

2. Dampak ACFTA Terhadap Industri Makanan-Minuman di Jawa Timur

Kondisi saat ini:

· Khusus produk makanan dan minuman (mamin), saat ini tercatat sejumlah 481.988 unit perusahaan beroperasi di Jawa Timur dan menyerap 1.455.958 orang tenaga kerja. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak 473.605 unit perusahaan dan menyerap 1.406.027 orang tenaga kerja.

· Industri makanan minuman skala kecil selama ini sudah mengalami permasalahan struktural:

a. Kesulitan memperoleh bahan baku, khususnya yang berasal dari impor karena membutuhkan modal dan jaringan yang kuat.

b. Kekurangan modal kerja, sementara kredit perbankan sulit diakses karena membutuhkan agunan dan suku bunga yang tinggi.

c. Banyaknya ijin yang harus didapatkan terkait produk mamin (label komposisi, merek dagang, sertifikasi halal)yang sulit untuk diperoleh.

d. Kurangnya pembinaan/pendampingan dari lembaga berwenang.

e. Risiko tuntutan hukum (lawsuit) pasca konsumsi mengingat produk mamin terkait erat dengan kesehatan tubuh manusia.

· Akibat sulitnya situasi usaha tersebut, banyak industri mamin sekala kecil yang beralih menjadi pedagang. aktivitasnya menjadi membeli mamin jadi untuk dijual kembali.

Prospek pasca implementasi ACFTA

· Secara umum implementasi ACTFA diprediksi tidak berdampak signifikan terhadap industri mamin di Jawa Timur, terutama untuk industri mamin skala menengah dan besar. Industri mamin skala menengah bertahan dengan cara mengurnagi profit margin, sedangkan industri mamin skala besar relatif tidak terganggu.

· Dampak negatif ACFTA diprediksi akan terjadi pada industri mamin skala kecil.

· Daya saing industri di Indonesia cukup tertinggal dibanding industri di China. Dalam hal ini, perusahaan di China beroperasi dengan lebih efisien dan produktif.

· Industri mamin (terutama skala besar dan menengah) umumnya memiliki karakteristik tersendiri yang membuatnya relatif sulit ditembus oleh produk China :

· Di sisi lain, industri mamin Jatim diperkirakan belum mampu memanfaatkan ACFTA untuk memperluas pasar ekspornya ke China, karena:

a. Perbedaan spesifkasi antara produk mamin yang selama ini dibuat dengan yang dibutuhkan oleh konsumen China misalnya untuk produk udang olahan.

b. Cita rasa (taste) yang berbeda antara konsumen di Indonesia dengan China sehingga perusahaan tidak serta merta bisa mengekspor ke China.

No

Indikator

Indonesia

China

1

Tenaga kerja/buruh

Jam kerja 40 jam/minggu

Hari kerja pertahun 337 hari

Labor cost US$ 0,65/jam

Jam kerja 44-48 jam/minggu
hari kerja pertahun 347-350 hari

Labor cost US$ 0,55-0,85/jam

2

Energi listrik

Tarif: US$ 0,65/jam

Supply tidak kontinyu sehingga ada penambahan biaya (tidak ekonomis untuk perusahaan)

Tarif US$ 0,09/jam

Supply stabil

3

Mesin dan Peralatan Industri

<10 tahun dan telah melakukan peremajaan mesin sejak tahun 2000

4

Suku bunga pinjaman

14%

6%

5

PPN

Restitusi 10% tanpa ada kepastian waktu

Penjualan ritel: produsen harus menggunakan faktur PPN lengkap

17% dengan waktu 25 hari

Penjualan ritel: lebih senang membeli produk dari importir karena tidak menggunakan faktur lengkap

6

Potongan pajak

Kebijakan fasilitas insentif potongan pajak (tax rebate) hingga 15% kepada perusahaan produsen produk berorientasi ekspor

3. Perkiraan Dampak Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) Terhadap Inflasi di Jawa Timur

Pemerintah merencanakan untuk menaikkan tarif dasar listrik (TDL) sekitar 10% pada tahun ini. Kenaikan TDL di satu sisi diharapkan dapat mengurangi beban subsidi Pemerintah kepada PT PLN. Namun di sisi lain, kenaikan TDL juga dapat berdampak pada meningkatnya inflasi daerah. Rencana kenaikan TDL dapat berdampak meningkatkan tingkat inflasi di Jawa Timur baik secara langsung (direct impact) maupun tidak langsung (indirect impact). Namun diperkirakan tidak terlalu signifikan. Diperkirakan naiknya TDL sebesar 10% akan memberikan dampak langsung terhadap kenaikan inflasi sampai dengan 0,31% (mtm) sedangkan dampak tidak langsungya terhadap kenaikan inflasi mencapai 0,10% (mtm).

Kecilnya dampak kenaikan TDL antara lain disebabkan relatif tidak terlalu signifikannya bobot inflasi TDL serta relatif kecilnya porsi biaya listrik terhadap total biaya produksi di industri secara umum.

Pengguna Subsidi Listrik Skala Nasional (Rp Triliun)

Kelompok Pelanggan

Gol Tarif

Jumlah Subsidi

Rumah tangga sangat keci

R1/450

13,14

Industri besar

I3/200K

10,92

Rumah tangga sangat kecil

R1/900

9,48

Industri sangat besar

I4/30M

4,37

Rumah tangga kecil

R1/1.300

3,94

Rumah tangga sedang

R1/2.200

2,48

Bisnis sangat besar

B3/200K

1,91

Penerangan jalan

P3

1,40

Rumah tangga menengah

R2/2,2-200K

1,37

Industri sedang

I1/14-200K

1,22

.

Sumber: Kajian Ekonomi Regional Bank Indonesia, Triwulan I-2010

Perkembangan Harga Komoditi di Kota Surabaya Mei 2010

Dari pantauan harga di pasar, pada bulan Mei terjadi kenaikan harga pada beberapa jenis komoditi seperti sawi hijau, kangkung panjang, wortel, ikan asin teri, cabe merah besar, terong panjang dan kubis/kol. Harga sawi hijau naik lebih dari dua kali lipat dari Rp. 839 untuk bulan April menjadi Rp. 2.000. Kenaikan yang cukup tinggi pada harga, kangkung panjang, sawi hijau, wortel dan ikan teri diperkirakan karena faktor musiman. Kenaikan beberapa harga komoditi yang dipantau di Pasar untuk bulan Mei 2010 terlihat pada Tabel berikut.

Tabel. Kenaikan Harga Rata-Rata Komoditi Pada Bulan Mei 2010

DAGING SAPI

SATUAN

MARET

APRIL

∆%

MEI

∆%

GREET BAWAH

Kg

54.842

55.208

0,7%

55.250

0,1%

DAGING AYAM

SATUAN

MARET

APRIL

∆%

MEI

∆%

AYAM BROILER

Kg

20.108

20.562

2,3%

20.812

1,2%

AYAM KAMPUNG KECIL

Ekor

31.752

28.229

-11,1%

28.791

2,0%

AYAM KAMPUNG BESAR

Ekor

48.417

41.458

-14,4%

44.000

6,1%

TELUR AYAM

SATUAN

MARET

APRIL

∆%

MEI

∆%

AYAM KAMPUNG

Butir

1.241

1.189

-4,2%

1.229

3,4%

SUSU

SATUAN

MARET

APRIL

∆%

MEI

∆%

SUSU KENTAL MANIS BENDERA

397 gr/Kl

7.899

7.950

0,6%

8.168

2,7%

SUSU KENTAL MANIS INDOMILK

390 gr/Kl

7.389

7.416

0,4%

7.510

1,3%

JAGUNG

SATUAN

MARET

APRIL

∆%

MEI

∆%

PIPILAN KECIL

Kg

4.323

4.389

1,5%

4.543

3,5%

PIPILAN BESAR

Kg

3.768

3.614

-4,1%

3.781

4,6%

GARAM BERYODIUM

SATUAN

MARET

APRIL

∆%

MEI

∆%

BATA (CAP KUDA)

Buah

226

232

2,7%

233

0,4%

MIE INSTAN

SATUAN

MARET

APRIL

∆%

MEI

∆%

INDOMIE GORENG

Bungkus

1.232

1.316

6,8%

1.344

2,1%

CABE MERAH

SATUAN

MARET

APRIL

∆%

MEI

∆%

BESAR

Kg

11.380

12.479

9,7%

16.718

34,0%

KECIL (RAWIT)

Kg

14.188

11.041

-22,2%

12.020

8,9%

BAWANG PUTIH

SATUAN

MARET

APRIL

∆%

MEI

∆%

KATING

Kg

13.518

16.968

25,5%

17.302

2,0%

SINCO

Kg

12.886

16.343

26,8%

16.375

0,2%

JENIS BAHAN POKOK

SATUAN

MARET

APRIL

∆%

MEI

∆%

IKAN ASIN TERI KECIL (BUKAN MEDAN)

Kg

41.833

34.875

-16,6%

44.166

26,6%

KACANG HIJAU

Kg

12.994

13.270

2,1%

13.354

0,6%

KACANG TANAH

Kg

13.017

13.156

1,1%

13.406

1,9%

KUBIS/KOL

Kg

3.279

4.477

36,5%

5.197

16,1%

KENTANG

Kg

6.000

5.375

-10,4%

5.781

7,6%

WORTEL

Kg

4.799

4.885

1,8%

6.531

33,7%

EMAS (70-80%)

Gram

257.246

251.000

-2,4%

261.953

4,4%

TERONG (PANJANG)

Kg

2.813

3.562

26,6%

4.187

17,5%

KANGKUNG (PANJANG)

Ikat

685

754

10,1%

1.062

40,8%

BAYAM

Ikat

686

872

27,1%

1.012

16,1%

SAWI HIJAU

Ikat

758

839

10,7%

2.008

139,3%

MINYAK TANAH

Liter

6.803

7.003

2,9%

7.115

1,6%

Sedangkan komoditi yang mengalami penurunan harga pada bulan Mei 2010 diantaranya adalah tomat, telur ayam broiler, mentega curah amanda, bawang merah lokal, dan kacang kedele impor. Harga tomat turun dari Rp. 12.083 di bulan April menjadi Rp. 10.406 di bulan Mei. Beras dan gula pasir menunjukkan adanya penurunan harga untuk bulan Mei dan hal ini baik untuk menjaga tingkat inflasi serta daya beli masyarakat. Harga beras rata-rata turun sebesar 0,1% dan beras ketan turun sebesar 1,6%. Sedangkan harga beras rata-rata turun sebesar 2,7% dan harga gula jawa turun sebesar 1,2%.

Penurunan beberapa harga komoditi untuk Bulan Mei 2010 terlihat pada Tabel berikut.

Tabel. Penurunan Harga Rata-Rata Komoditi Pada Bulan Mei 2010

BERAS

SATUAN

MARET

APRIL

∆%

MEI

∆%

MENTIK

Kg

7.076

7.044

-0,5%

7.040

-0,1%

IR 64 (KW II)

Kg

6.343

5.971

-5,9%

5.964

-0,1%

BERAS KETAN

Kg

11.447

11.329

-1,0%

11.145

-1,6%

GULA PASIR

SATUAN

MARET

APRIL

∆%

MEI

∆%

LOKAL KEMASAN (GULAKU)

Kg

13.664

12.187

-10,8%

11.860

-2,7%

LOKAL TANPA KEMASAN (PUTIH)

Kg

11.794

9.839

-16,6%

9.567

-2,8%

GULA JAWA

Kg

9.677

9.560

-1,2%

MINYAK GORENG

SATUAN

MARET

APRIL

∆%

MEI

∆%

BIMOLI (BOTOL)

Kg

11.643

11.489

-1,3%

11.333

-1,4%

MINYAK CURAH

Lt

8.804

8.758

-0,5%

8.711

-0,5%

MENTEGA

SATUAN

MARET

APRIL

∆%

MEI

∆%

MENTEGA BLUE BAND

250 Gram

7.083

7.114

0,4%

7.083

-0,4%

MENTEGA CURAH AMANDA

Kg

10.171

10.979

7,9%

10.583

-3,6%

TELUR AYAM

SATUAN

MARET

APRIL

∆%

MEI

∆%

AYAM BROILER

Kg

11.607

11.504

-0,9%

11.004

-4,3%

SUSU

SATUAN

MARET

APRIL

∆%

MEI

∆%

SUSU BUBUK DANCOW

400 gr/Dos

25.826

25.958

0,5%

25.875

-0,3%

SABUN CUCI

SATUAN

MARET

APRIL

∆%

MEI

∆%

RINSO

Kg

11.974

11.833

-1,2%

11.791

-0,4%

TEPUNG TERIGU

SATUAN

MARET

APRIL

∆%

MEI

∆%

SEGITIGA BIRU

Kg

7.554

6.950

-8,0%

6.877

-1,1%

KACANG KEDELE

SATUAN

MARET

APRIL

∆%

MEI

∆%

IMPOR

Kg

7.265

7.500

3,2%

7.270

-3,1%

LOKAL

Kg

6.945

7.583

9,2%

7.468

-1,5%

GAS LPG

SATUAN

MARET

APRIL

∆%

MEI

∆%

3 KG

per Tabung

13.090

13.262

1,3%

13.137

-0,9%

BAWANG MERAH

SATUAN

MARET

APRIL

∆%

MEI

∆%

LOKAL

Kg

11.082

12.854

16,0%

12.458

-3,1%

JENIS BAHAN POKOK

SATUAN

MARET

APRIL

∆%

MEI

∆%

KETELA POHON

Kg

2.050

2.002

-2,3%

2.000

-0,1%

TOMAT

Kg

7.859

12.083

53,7%

10.406

-13,9%

Sumber: Laporan Monitoring dan Evaluasi Distribusi dan Ketersediaan Bahan Pokok Bulan Mei 2010, diolah