1. Inflasi Surabaya, Jawa Timur dan Nasional
Berdasarkan hasil pemantauan dan pendataan yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) terhadap harga barang dan jasa di pasar tradisional dan pasar modern di Indonesia pada bulan Juli 2010 diperoleh kesimpulan bahwa terjadi inflasi di Kota Surabaya, Jawa Timur dan Nasional. Seperti pada Tabel 1, Kota Surabaya mengalami inflasi sebesar 1,99%. Hal yang sama terjadi di Jawa Timur inflasi sebesar 1,83% dan di wilayah Nasional terjadi inflasi sebesar 1,57%. Inflasi yang cukup tinggi terjadi pada semua wilayah di tanah air dengan inflasi yang tertinggi tercatat ada di Bengkulu sebesar 3,03%. Inflasi secara kumulatif selama Januari-Juli 2010 di Surabaya mencapai 3,95%, inflasi di Jatim sebesar 4,02% dan inflasi Nasional sebesar 4,02%. Inflasi year on year (y-o-y) untuk bulan Juli 2010 di Surabaya sebesar 6,52%, inlasi Jatim sebesar 6,47% dan inflasi Nasional sebesar 6,22%. Menurut Kepala BPS Jatim, inflasi di bulan Juli 2010 adalah yang tertinggi dibandingkan inflasi pada bulan yang sama selama tiga tahun terakhir.
Tabel 1. IHK dan Tingkat Inflasi Surabaya, Jawa Timur dan Nasional Bulan Juli 2010
| Surabaya | Jawa Timur | Nasional |
Inflasi Bulan Juli (%) | 1,99 | 1,83 | 1,57 |
Inflasi kumulatif Januari s/d Juli (%) | 3,95 | 4,02 | 4,02 |
Inflasi year on year Bulan Juli (%) | 6,52 | 6,47 | 6,22 |
Indeks Harga Konsumen Bulan Juli | 119,64 | 121,44 | 121.74 |
2. Inflasi 10 Kota di Jawa Timur
Dari 10 kota IHK di Jawa Timur, pada bulan Juni 2010 ini, tercatat 10 kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Probolinggo sebesar 2,94%. Inflasi yang terjadi di Surabaya relatif lebih rendah dibanding dua daerah lain di Jatim yaitu Probolinggo dan Sumenep, sebagaimana terlihat pada Tabel 2. Pada Tabel 2 terlihat bahwa inflasi yang paling rendah di Jatim terjadi di Kediri sebesar 1,17%. Secara umum, terjadinya inflasi pada bulan ini disebabkan oleh kenaikan harga komoditi yang cukup tinggi terutama komoditi pada kelompok bahan makanan, dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan.
Tingginya inflasi di kelompok bahan makanan terutama pada subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya serta dari sub kelompok bumbu-bumbuan merupakan kelanjutan dari ketidakpastian kondisi iklim sepanjang tahun 2010 yang berdampak terhadap menurunnya produksi padi-padian seperti beras dan turunnya produksi komoditas bumbu-bumbuan seperti cabe rawit dan bawang putih. Kenaikan harga beras bahkan sudah mencapai dua digit. Inflasi juga dipicu oleh masih naiknya harga komoditas daging dan telur ayam ras yang dipicu kenaikan harga makanan ternak. Inflasi semakin tinggi dengan naiknya tarif penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan Surat Ijin Mengemudi (SIM) berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2010 terhitung mulai pengurusan bulan Juli 2010.
Selain faktor-faktor pemicu inflasi, terdapat bebrapa faktor yang menahan laju inflasi seperti turunnya harga emas perhiasan. Kemudian harga sayur-sayuran juga turun cukup tajam seiring mulai terjadi peningkatan produksi. Kumulatif inflasi Bulan Januari-Juli 2010 di kota Surabaya mencapai 3,95%. Inflasi kumulatif Banyuwangi sebesar 4,60% merupakan yang tertinggi di Jatim. Sedangkan kumulatif inflasi Surabaya masih lebih rendah dibanding inflasi kumulatif Banyuwangi, Sumenep, Probolinggo, dan Malang, sebagaimana pada Tabel 2.
Tabel 2. Inflasi 10 Kota di Jatim Bulan Juli 2010
Kota | Inflasi Juli | Kumulatif (Jan-Juli) | Inflasi y-o-y |
Jember | 1,60% | 3,60% | % |
Tulungagung | 1,23% | 3,72% | % |
Banyuwangi | 1,88% | 4,60% | % |
Tuban | 1,43% | 3,48% | % |
Sumenep | 2,13% | 4,13% | % |
Kediri | 1,17% | 3,78% | % |
Malang | 1,71% | 3,99% | % |
Probolinggo | 2,94% | 5,57% | % |
Madiun | 1,90% | 3,93% | % |
Surabaya | 1,99% | 3,95% | % |
3. Inflasi 6 Ibukota Provinsi di Pulau Jawa
Dari 6 ibukota provinsi di pulau Jawa pada bulan Juli 2010, seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi terendah di Serang sebesar 0,82%.. Dilihat dari inflasi kumulatif selama Januari – Juni 2010, inflasi tertinggi terjadi di Yogyakarta sebesar 4,11% dan inflasi terendah di Bandung sebesar 2,60%. Kumulatif inflasi Surabaya lebih rendah dibanding Yogyakarta dan Semarang seperti pada Tabel 3
Tabel 3. Inflasi Ibukota Propinsi di Pulau Jawa Bulan Juli 2010
Kota | Inflasi Juli | Kumulatif (Jan-Juli) |
Jakarta | 1,12% | 3,28% |
Serang | 0,82% | 3,03% |
Bandung | 1,26% | 2,60% |
Semarang | 1,73% | 4,03% |
Yogyakarta | 1,40% | 4,11% |
Surabaya | 1,99% | 3,95% |
4. Komoditi Penyumbang Inflasi dan Deflasi di Kota Surabaya
Inflasi bulan Juli 2010 di Kota Surabaya dipicu oleh naiknya harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks dari sebagian besar kelompok pengeluaran yaitu kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman dan rokok, kelompok perumahan, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga, dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sedangkan kelompok sandang mengalami deflasi. Pada bulan Juli 2010, inflasi kelompok bahan makanan sebesar 6,03%, inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok sebesar 0,91%, kelompok perumahan sebesar 0,45%, kelompok kesehatan sebesar 0,10%, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,34%, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 2,88%, dan kelompok sandang mengalami deflasi sebesar -1,10%, selengkapnya pada Tabel 4. Inflasi Kelompok bahan makan terutama dipicu oleh kenaikan harga bumbu-bumbuan sebesar 22,33%, kenaikan harga padi-padian dan umbi-umbian dan hasilnya sebesar 10,55%..
Beberapa komoditi penyumbang inflasi di kota Surabaya antara lain tarif penerbitan STNK, beras, cabe rawit, daging ayam ras, bawang putih, telur ayam ras, cabe merah, bandeng, kontrak rumah dan bawang merah. Harga Cabe merah pada bulan Juli mengalami kenaikan 40,42%, harga cabe rawit naik 66,76%, dan harga bawang putih naik 30,33%. Beberapa komoditi penyumbang deflasi di Surabaya antara lain emas perhiasan, jagung muda, tomat sayur, kembang kol, nangka muda, mujair, ketimun, sawi hijau, buncis, dan labu siam. Harga kembang kol turun sebesar 46,51%, harga buncis turun 20,77%, dan harga nangka muda turun 19,85% seperti pada tabel 5.
Tabel 4. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa Bulan Juli 2010 di Surabaya
Kelompok Barang dan Jasa | Inflasi |
Bahan makanan | 6,03% |
Makanan jadi, minuman, rokok | 0,91% |
Perumahan | 0,45% |
Sandang | -1,10% |
Kesehatan | 0,10% |
Pend, Rekreasi dan Olah raga | 0,34% |
Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan | 2,88% |
Tabel 5. Komoditi Penyumbang Inflasi dan Deflasi Bulan Juli 2010 di Surabaya
Komoditi Penyumbang Inflasi | Komoditi Penyumbang Deflasi | ||
Jenis Komoditi | Perubahan Harga | Jenis Komoditi | Perubahan Harga |
Tarif penerbitan STNK | 75,00% | Emas perhiasan | -2,72% |
Beras | 11,97% | Jagung muda | -14,65% |
Cabe rawit | 66,76% | Tomat sayur | -15,32% |
Daging ayam ras | 15,94% | Kembang kol | -46,51% |
Bawang putih | 30,33% | Nangka muda | -19,85% |
Telur ayam ras | 12,24% | Mujair | -4,80% |
Cabe merah | 40,42% | Ketimun | -19,99% |
Bandeng | 14,16% | Sawi hijau | -10,36% |
Kontrak rumah | 1,85% | Buncis | -20,77% |
Bawang merah | 12,69% | Labu siam | -12,04% |
Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Jatim Bulan Juli 2010, diolah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar